Kay Kamu Kenapa?

Ini adalah cerita pendek tentang Kay dan May. Sebelumnya pernah ada posting cerita pendek lainnya tentang mereka di facebook dan instagram.

***
Malam itu May sedang berusaha tenang saat kondisi dirinya benar-benar sedang emosi. Saking emosinya ia tidak tahu marah seperti apa yang cocok dengan keadaan dirinya saat itu.

Pasalnya, Kay dari tadi siang tidak angkat telpon, pesan dari May juga gak dibuka-buka.

Kemarahan May memuncak, untung saja sedang tidak ada tamu bulanan, kalau begitu habis sudah isi rumah.

Suara sandi pintu apartemen berbunyi. Pertanda Kay sudah pulang. May menyiapkan raut muka sebal dan tidak memandang suaminya sama sekali. Ia duduk di sofa ruang tengah sambil melipat tangannya. 

Kay yang sudah meletakkan sepatu dan mulai berjalan menuju ke kamarnya. Lelaki itu hanya melewati May yang tengah memasang wajah bermakna bahwa ia sedang kebal. Dalam hitungan lima detik Kay sudah menutup pintu kamar. May menghembus nafas. Terasa lemas seluruh badannya.

Rencana May ia akan marah ketika Kay pulang. Kalau suaminya itu memanggilnya dan berusaha membujuk dirinya agar mau tersenyum menyambut pulang, wanita itu akan memberikan wajah sekesal-kesalnya.

Namun, apa ini? Kay hanya melongos seperti tidak melihat istrinya duduk di sofa tengah memasang mode singa.

Gengsi harus mencarinya. May berdiri dan menuju dapur.
Mulai mengambil piring dan menyantap makan malam yang sudah disiapkan. Dalam beberapa menit May tetap menunggu sambil menatap pintu kamar, berharap Kay segera keluar. Tapi, yang ditunggu tak kunjung keluar.

May cek lagi ponselnya. Pesannya sudah ceklis biru itu artinya Kay sudah baca pesan, tapi tidak dibalas. Ia mulai cemas.

May lupa akan sesuatu. Istighfar. Astaghfirullah. Ia mengucapkan sebanyak mungkin.

***
Wanita itu mulai mengetuk pintu kamar.

"Kay, makan malam dulu sebelum tidur. Kay..." yang dipanggil tidak menyahut. May berusaha mencari kalimat yang tepat.

"Aku gak marah kok, walau kamu gak angkat telpon tadi, juga belum balas pesan. Bener, aku baik-baik aja, kok. Gak perlu capek-capek bujuk aku pakai es krim, aku tadi udah buat soalnya. Yah, makan malam dulu..."

May berusaha mengucapkan kalimat itu dengan tulus. Namun, hasil tetap nihil.

"Aku kasih kesempatan Kay. Lima belas menit aku tunggu, kalau kamu gak keluar aku beneran marah."

May pun kembali duduk di ruang makan. Ia menyendok makanan sendiri dan mengambil ayam goreng dan sayur asam yang sudah ia buat. Sembari makan pun sesekali May melirik pintu kamarnya. Kay terlihat berbeda, apa dia ada masalah?

***

May sudah selesai makan malam. Ia pun juga sudah memasukkan menu makan malam suaminya yang belum di santap. 

"Lelaki itu kalau ada masalah misterius sekali, beda kalau perempuan, sangat menunjukkan kalau dia ada masalah, ck."

May mulai kesal. Kali ini ketukan pintunya sangat keras. Apalagi? Tentu saja May mau tidur, tapi pintu malah dikunci oleh Kay.

***

Shubuh berkumandang. May terbangun dari sofa. Ia semalaman memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu. Ia mengambil wudhu dan mulai sholat dua rakaat. 

Setelah selesai, May berusaha membuka pintu dan berhasil dibuka. Tidak ada Kay di dalamnya. Beberapa menit kemudian muncul Kay yang sepertinya baru saja dari kamar mandi.

May menahan agar tidak mengoceh shubuh begini. Kay justru kembali tidur lagi tanpa menyapa May sedikit pun sejak pulang semalam. 

May juga ikut tidur. Ia tarik selimut dan membelakangi suaminya.

***

Beberapa menit kemudian May menangis dalam diam. Ia sedih sekali. Ia kesal dengan suaminya karena dicuekin dari semalam, mau nanya tapi gengsi takut malah tetap dicuekin.

***

"Ingatkan dia dong, Sya untuk sarapan."

"Kalian berantem, ya?"

May menghubungi Syasa rekan kerja Kay di kantor yang juga rekan kerja tempat May dulu.

"Dia aneh dari semalam, cuekin aku. Aku gak tahu harus bagaimana."

"Lagi ada masalah, ya?"

"Justru aku mau tanya, di kantor lagi ada project apa sih? Sibuk apa, mungkin Kay ada beban di sana."

"Aku gak tahu, nanti aku tanya Robin, mungkin dia tahu."

"Makasih, ya."

May benar-benar tidak habis pikir kenapa Kay mendadak aneh begitu. Biasanya jika ada masalah tidak sampai beberapa menit Kay akan cerita, tapi ini sudah seharian apakah seberat itu masalahnya?

***

May tidak mendapat kabar berita apa pun dari Sya. Mungkin wanita itu sibuk. May juga tidak bisa mendesak dia. Akhirnya ia alihkan untuk membuat cemilan. Menonton film yang sudah diulang berkali-kali, berharap hatinya membaik.

Ketika sudah menggendong cemilan lalu ingin meraih remot tv, May mengganti pilihan jadi meraih alquran. Hanya ini yang bisa ia lakukan.

Beberapa menit kemudian ada menonton berita. Efek pandemi mengubah perekonomian dunia. Orang-orang sudah mulai bosan di rumah, semakin stress menganggu psikologi mereka.

May menggigit jarinya. Ia teringat dengan Kay. Apakah ia berubah karena pandemi?

***

May kembali tertidur di sofa ruang tamu. Ia berniat menunggu Kay dan ingin berdamai. Ia lelah menebak apa yang terjadi pada suaminya yang dari semalam diam saja.

Kay kembali melewati sofa ruang tamu tanpa melirik May sedikit pun, menutup pintu kamar dan menguncinya.

***

Shubuhnya May menangis tersedu-sedu di ruang baca. Mengenggam alquran ditangan. Ia sudah tidak tahan dengan sikap Kay. Terserah jika pun omelannya dianggap angin lalu. May menghapus air matanya dan segera menuju kamar. 

Mengetuk pintu dengan keras. Dan mulailah apa yang seharusnya terjadi...

"Kay, buka pintunya, aku sudah tidak tahan melihatmu mendiamkanku. Aku salah apa? Ngomong dong, kamu kira aku ini patung, ha? aku terus-terusan curiga, menebak-nebak, tapi aku udah gak tahan, Kay. Buka pintunya atau aku dobrak." May segera berlari mengambil kursi di ruang makan. Ia mengangkat dengan sekuat tenaga. Lalu ketika akan mendobrak kursi ke arah pintu Kay keluar dengan wajah dinginnya. 

Hal itu membuat May kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kay hanya melewati dan pergi dengan pakaian yang sudah rapi. Pergi kerja.

May segera berlari dan menarik tangan Kay dengan sekuat tenaga.

May menangis sejadi-jadinya. Tapi, Kay tetap tidak bergeming. May lalu memeluk dari belakang, suaminya hanya diam saja.

Apakah cuman May yang penuh drama? Kenapa Kay diam saja. Apakah ia sudah tidak mencintai May lagi?

***

Tangisan sebelum melepas Kay pergi tidak berhasil. Lelaki itu tetap diam saja. Ini semakin membuat May stress ditambah dalam kondisi pandemi. 

Ia tidak berselara melakukan apapun. Tidak masak, tidak beres-beres rumah dan juga tidak mandi. Ia buat semua berantakan. Dan juga mengunci pintu kamar. Mengeluarkan selimut dan bantal di ruang tamu. Kalau Kay pulang, dia juga harus tidur di luar.

***
Sepertinya ini adalah hari-hari berat yang dilalui May karena sikap aneh Kay. May berusaha tetap waras. Ia pun teringat sesuatu. Jika Kay tidak mau bicara dan tidak mau mendengarkan May, maka yang ia lakukan hanya pergi.

Maka, May menulis banyak pesan di beberapa tempat. Di rak sepatu, tempat makan, kulkas, kamar, tv, dan berbagai tempat yang mungkin dikunjungi Kay.

Rak sepatu, terima kasih sudah menjadi tempat yang nyaman untuk sepatu Kay istirahat.

Meja makan, tolong bantu Kay untuk selera makan, ya.

Kulkas, kamu tidak boleh kosong, Kay kalau lapar suka tiba-tiba.

Sofa, tetaplah selalu empuk untuk Kay, ya.

Dan pesan aneh bin ajaib lainnya.

Dan dipintu kamar May menuliskan sesuatu di sticky notes.

Kay, kamu boleh ambil kunci kamar di tempat favoriteku. 

Lalu, di tempat favorite yang disebut May ada pesan lagi.

Beri aku tanda. Kalau hijau tandanya aku boleh bicara dan kamu akan meresponnya. Atau kuning, tandanya aku boleh bicara tapi kamu tetap diam hanya saja tidak menjauh dariku. Beri tandan merah, jika kamu aku pergi sementara waktu.

***

May menginap di rumah orang tuanya. Meski ada banyak tanya dibenak mereka, orang tua May berusaha memahami karena memang May juga tidak tahu apa yang terjadi.

Dua hari sudah begitu berat May lalui. Kay sama sekali tidak menelponnya. May pun juga tidak ingin mengirim pesan. Hanya akan tambah sakit hati.

Ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Tentunya tetap dalam protokol kesehatan, memakai masker saat berpergian.

***

Ia pun melihat kondisi rumah dalam keadaan yang sungguh memprihatinkan. Kay tidak ada di rumah . Ia tetap kerja meski di saat pandemi ini? 

Sepatu Kay tidak ada terpakir di rak.

Ia menuju ruang baca, tempat favoritenya. Kunci kamar tidak ada di sana. Dan ada tanda yang dikirim Kay.

Hati May remuk saat ada tanda merah yang menjadi pesan Kay untuk dirinya.

***
Ya Allah, itu adalah hal terberat selama ia menjadi istrinya Kay, lelaki yang mencintainya empat tahun lalu. 

Apakah cinta itu menjadi pudar? 

May terus menangis sembari membersihkan rumah. Lalu, lanjut masak. Bahan-bahan dipesan online jadi ia tidak perlu keluar rumah. Ia berusaha melakukan aktivitas sewajar mungkin.

Saat, melepas penat sambil tiduran di sofa ada telpon masuk dari Syasa.

"May, kamu dimana?"

"Di rumah, kenapa?"

"Apa aku salah lihat? Ada wanita yang sedang duduk sama Kay."

"Di mana?"

"Kantin tempat kerja, aku kira kamu sedang berkunjung."

"Bukan." Deg jantung May mulai berdegup kencang. Jangan bilang kalau Kay...

"Apa Kay selingkuh, May?"

Allahuakbar. Hati May rasanya hancur, ponsel di tangan pun jatuh tercerai berai di lantai.

Bersambung...?

#30DWC #30DWCJilid23 #Day29 #Pandemi

Komentar

Postingan Populer