Aku Lelah #3

 Insecure.

Mungkin aku bisa mengatakan hal itu.

Ketidaknyamanan itu hadir pada wajahku yang berjerawat. Tapi, setahun belakangan ini aku berusaha menerima diri.

Capek marah dan kesal pada mereka yang berkomentar,

"Eh, kok makin banyak aja jerawatnya?"

"Jangan makan kacang nanti tambah jerawatnya."

atau juga sejenisnya.

"Jelas sedang jerawat, makan juga telur."

Yah, aku lelah dengan komentar itu.

***

Lupakan?

Jangan terlalu dipikirkan?

Aku justru harus berjuang dua kali. Pertama berjuang untuk tidak memikirkan komentar itu. Kedua aku harus berjuang agar bagaimana caranya aku tidak terus-terus memikirkan. Karena aku tipikal orang pemikir.

Jika kamu ingin melihat hariku hancur hari itu, komentarkan saja tentang wajahku. Aku pasti sedih. Walau kadang kamu bahkan tidak melihatnya, sebenarnya aku sedang berjuang menyembunyikan kesedihan.

Dan bukan itu, rasa bersalah juga muncul.

"Tuh, kan. kamu sih, Sa. Jelas jerawatan pencet juga lagi. males maskerang. Belilah skin care, eh ke dokter kulit gih."

Dan semacamnya.

***

Apa benar makan telur membuat wajah berjerawat menjadi semakin meradang dan parah?

Aku pernah baca artikel sih begitu. Kandungan protein yang banyak itu membuat wajah berjerawat semakin aktif. Apa orang berjerawat itu mengandung banyak protein ditubuhnya?

Mungkin. Aku tidak begitu mengerti medisnya.

Okeh, hingga pada suatu tahun aku bilang pada amak.

"Mak, isa mau puasa dari telur, sepertinya isa alergi telur, karena itulah isa jerawatan."

Awalanya amak ingin membantah statment-ku tapi, yah lama-lama berusaha mengikuti rencanaku.

Alhasil, tentu saja tidak ada yang berubah. Wajahku gitu-gitu aja bahkan semakin parah.

Apa yang terjadi?

Aku lelah. Tidak mengerti lagi. Sepertinya memang benar, aku salah treatment. Tentu saja bukan hanya talur yang aku hindari. Ya, mau bagaimana lagi, salah satu komentar orang tentang wajahku bilang, karena aku banyak makan telur.

***

Dan suatu hari,

"Makan ajalah telur ini gak ada sambal lagi. Uang amak habis."

Aku terdiam kala itu. Perjuangan tidak makan telur harus berakhir. Tidak mungkin kan aku tidak makan, bisa mati.

Buah?

Waktu itu, aku belum ter-mindset harus beli buah. Karena belum dapat pencerahan.

Dan apa yang terjadi pada wajahku ya terjadilah.

***

Aku lelah pada wajah yang tak kunjung sembuh ini.

Sampai-sampai aku tidak percaya diri bertemu dengan orang. Bahkan ada yang mengenaliku mungkin dengan ciri-ciri.

"Siapa tu? Dia agak item dan berjerawat wajahnya rada bulet jutek juga."

"Oh...Melisa maksudnya?"

"Ya, itu dia."

Hahaha. Aku tertawa dalam hati memikirkannya.

 ***

Aku ada alasan tersendiri kenapa sampai hari ini belum juga mau ke dokter kulit untuk memeriksa penyakitku ini. Aku takut dengan diagnosa yang akan dikatakan. Lalu, aku harus membeli berbagai skin care racikan dokter tersebut dengan rutin per bulan dan biaya yang pastinya tidak sedikit.

Aku lagi-lagi tidak siap akan hal itu. Bagaimana jika aku lepas satu bulan tidak membeli lagi skin carenya karena tidak ada uang, bagaimana?

Dan aku tidak ingin hidupku hanya disibukkan tentang wajah. Masih banyak hal lain yang ingin aku pikirkan.

Tapi, yah aku lagi-lagi hanya bisa menerima. Mencoba melakukan hal seherbal mungkin.

***

Masker.

Dimulai dari masker timun, tomat, jeruk nipis, kopi, putih telur dan hal lainnya.

Hasilnya. Tentu saja tidak cepat karena sesuatu yang herbal itu alami mengobati tidak instan.

***

Penerimaan.

Aku mulai paham setelah menonton video dr. Zaidul Akbar tentang detox diri.

Beliau ber-statment apa yang kita makan tercermin diwajah kita.

Aku ingat, ketika itu ada juga yang berkomentar, "wajahnya dek, makannya dijaga, ya."

Nyes banget, hahaha.

Sampai aku bandingkan, ada orang yang suka banget sama junk food, hampir tiap hari makannya kfc dan minum milkshake. Gorengan sebagai cemilan tiap hari. Tapi, lihat kulitnya mulus saja. Bahkan pernah ada dia tidak pakai skin care apa-apa, hanya sabun biasa. Maskeran aja malas.

***

Ya, mungkin kita hanya melihat sekilas itu saja apa yang dimakannya. Bisa jadi abis makan gorengan di rumah dia blender buah dan sayur-sayuran hijau untuk di jus sebelum tidur. Mungkin. Kita tak pernah tahu.

Hormon.

Biasanya ketika semua teori sudah runtuh. Maka alasan hormon menjadi simpulan akhir yang tak terbantahkan, penyebab jerawat itu hadir.

Ya, dengan begitu banyak penyebab seperti, kulit sensitif, debu dan seterusnya dan seterusnya.

Lalu, setelah berargumen bahwa aku sudah coba perawatan ini itu (kecuali ke dokter karena gak kebergantungan). Maka obat terakhir adalah....menikah. Hanya itu yang bisa mengobati.

Deg.

Tentu saja aku tidak berkata-kata apa lagi.

Jika memang sudah itu solusinya, mau bagaimana lagi. Kita tunggu saja jodoh itu datang dan menyembuhkan penyakit ini.

***

Aku lelah, sehingga berusaha untuk abai akan pendapat orang lain tentang jerawatku. Bahkan jatuhnya aku malah sudah tidak antusias lagi. Karena melihat hasilnya tidak berubah. Tetap saja orang bilang, "jerawatnnya kok makin banyak," di hari ketika sebelumnya aku sudah benar percaya diri bahwa wajahku sudah mulai sembuh perlahan.

Aku tahu, detox diri sudah mulai hilang lagi. Padahal rajin banget buat jahe, kunyit, jeruk nipis, madu, gula aren dan infuse water lainnya.

***

Allah, ampuni hamba jika niat itu belum murni karena-Mu. Bantu hamba ya Allah, jika memang "Menikah" menjadi solusi permasalahan ini, bantu hamba sabar dalam menanti, dengan segala keterbatasan diri dan ibadah yang sedang hamba perjuangkan agar semakin meningkat.

Bersambung...

(Cerita sedihku berlanjut lagi nantinya...)

Komentar

Postingan Populer