Someone In Paris #2
#Episode 2 (Ia Pergi Makan)
Malam itu malam yang lumayan sibuk karena sabtu malam.
Aku membantu Ayah dan Ibu melayani tamu yang datang.
Keluargaku membuka kedai bakso. Tidak begitu besar, karyawannya juga cuman dua orang. Satu menjadi kasir dan satu lagi membantu di dapur bersama orang tuaku.
Dan malam itu juga ada acara prom night. Perpisahan kelas 3. Aku tidak begitu tertarik, lebih tertarik bekerja di kedai bakso.
Aku membersihkan meja untuk bisa digunakan kembali untuk tamu yang baru.
"Permisi, saya mau pesan bakso."
Aku yang sedang fokus membersihkan meja langsung menoleh ke sumber suara. Siapa?
"Permisi, mbak."
"Ah,ya."
Aku jadi salah tingkah. Sempat menatap lama dia karena aku merasa dia adalah, Syam.
"Bakso biasa atau gimana?"
"Bakso andalan di kedai ini dan minumnya teh es dingin satu."
"Oke."
Aku langsung berlari ke dapur dan menyampaikan menunya pada ibu. Aku tidak bisa lagi fokus mengerjakan hal lain. Sedang berusaha menebak benarkah itu Syam?
Dia mengenakan jas abu-abu dengan rambut yang sedikit styles. Juga kemeja putih di dalamnya. Seperti bukan anak pelajar saja.
Aneh, bukannya dia seharusnya hadir di acara sekolah, tetapi kenapa ke tempat makan?
Aku berniat ingin menghubungi Marsha, tetapi urung ketika aku perhatikan lagi wajah Syam terlihat murung, seperti ada masalah.
"Nak, pesanannya."
Aku langsung membawa pesanan Syam ke mejanya.
"Selamat makan." Kataku.
Dia hanya mengangguk dan siap menyantap makanan. Dia sama sekali tidak mengenaliku.
Tanpa memikirkannya lagi aku melayani tamu yang datang lagi.
Di sela-sela itu, diam-diam aku mengambil gambarnya. Maaf, ya aku membutuhkan bukti untuk sewaktu-waktu ada yang memintanya.
***
Hari seninnya, sekolah terlihat ramai.
Di mading sudah terpampang wajah King dan Queen terpilih acara malam sabtu kemarin.
Bukan wajah Syam seperti yang selama ini diharapkan. Justru Fatih, ketua kelas kami.
Aku juga kaget.
"Ini aneh, An." Marsha menopang dagunya. Kali ini Bu Sarah tidak hadir juga, ia meninggalkan tugas mandiri pada kami, walau kebanyakan dari kelas kami malah bersenang-senang.
"Kenapa?"
"Kamu sudah lihat yang di mading?" Aku mengangguk, "bukan Syam yang terpilih. Kamu tahu kenapa?"
Aku menggeleng.
"Dia kabur, lebih tepatnya ketika MC memanggil namanya dia tidak ada. padahal sejam sebelum pengumuman ada yang melihat dia di acara itu."
Kabur?
"Jam berapa pengumumannya?"
"9.30"
Aku mengingat lagi, Syam datang ke kedai bakso ku pukul 9 malam. Itu berarti Syam benar kabur. Tetapi,
"Kenapa, ya?" Marsha berpikir keras.
"Tanyakan aja langsung sama orangnya, tu dia lagi sendiri, fokus ngerjain tugas."
Marsha menoleh ke arah Syam yang duduk dibangku nomor dua di depan. Sementara di luar kelas kami juga ada yang mengintip di jendela, sepertinya sama penasarannya dengan Marsha.
***
Ketika makan siang di kantin pun Marsha tetap memikirkan hal itu.
"Kamu kenapa masih mikirin itu sih? Ada hal yang lebih penting daripada itu?"
"Contohnya?"
"Kita kan bentar lagi UAS, naik ke kelas 3. Jangan sampai nilai kamu jatuh lagi."
"Kan ada Anin?"
"Aku gak mau bantu."
"Aku akan selesai memikirkannya jika sudah dapat jawabannya."
Aku menelan ludah. Apa sebaiknya kuceritakan saja.
"Benar? Janji?"
"Iya, eh, tapi kok aneh? Kamu tahu sesuatu?" Aku mengangguk.
"Jawab, saat itu memangnya gak ada hidangan makan malam--"
"Ada kok--"
"Kamu yang jaga--"
"Aku pengawas hidangannya." Jawab Marsha dengan percaya diri.
Dan aku ceritakan semuanya dengan Marsha sekaligus dengan bukti-buktinya.
"Aku sengaja mengambilnya, karena aku yakin kamu pasti gak percaya kalau aku cerita doang."
Dan saat kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran, tiba-tiba Marsha bertanya.
"Aku baru ingat, waktu itu dia gak ngenalin kamu?"
Aku terdiam sejenak dan menggeleng pelan.
"sama sekali?"
Aku menggeleng lagi. Kami berdua menghela nafas saat itu dan menatap Syam yang sedang tertidur di meja.
Aku dan Marsha saling pandang dan tersenyum penuh arti.
***
Sepertinya aku cerita terlalu panjang.
Jadi setelah itu kami UAS, lalu liburan.
Dan setelah itu kami masuk lagi tahun ajaran baru. Saat kami kelas 3, masa-masa indah itu pun terajut.
Akan aku ceritakan perlahan-lahan. Kamu masih ingin tahu ceritanya?
Bersambung...
(Diary Anin, beberapa hari sebelum sidang)
#30DWC #30DWCJilid23 #Day2
Malam itu malam yang lumayan sibuk karena sabtu malam.
Aku membantu Ayah dan Ibu melayani tamu yang datang.
Keluargaku membuka kedai bakso. Tidak begitu besar, karyawannya juga cuman dua orang. Satu menjadi kasir dan satu lagi membantu di dapur bersama orang tuaku.
Dan malam itu juga ada acara prom night. Perpisahan kelas 3. Aku tidak begitu tertarik, lebih tertarik bekerja di kedai bakso.
Aku membersihkan meja untuk bisa digunakan kembali untuk tamu yang baru.
"Permisi, saya mau pesan bakso."
Aku yang sedang fokus membersihkan meja langsung menoleh ke sumber suara. Siapa?
"Permisi, mbak."
"Ah,ya."
Aku jadi salah tingkah. Sempat menatap lama dia karena aku merasa dia adalah, Syam.
"Bakso biasa atau gimana?"
"Bakso andalan di kedai ini dan minumnya teh es dingin satu."
"Oke."
Aku langsung berlari ke dapur dan menyampaikan menunya pada ibu. Aku tidak bisa lagi fokus mengerjakan hal lain. Sedang berusaha menebak benarkah itu Syam?
Dia mengenakan jas abu-abu dengan rambut yang sedikit styles. Juga kemeja putih di dalamnya. Seperti bukan anak pelajar saja.
Aneh, bukannya dia seharusnya hadir di acara sekolah, tetapi kenapa ke tempat makan?
Aku berniat ingin menghubungi Marsha, tetapi urung ketika aku perhatikan lagi wajah Syam terlihat murung, seperti ada masalah.
"Nak, pesanannya."
Aku langsung membawa pesanan Syam ke mejanya.
"Selamat makan." Kataku.
Dia hanya mengangguk dan siap menyantap makanan. Dia sama sekali tidak mengenaliku.
Tanpa memikirkannya lagi aku melayani tamu yang datang lagi.
Di sela-sela itu, diam-diam aku mengambil gambarnya. Maaf, ya aku membutuhkan bukti untuk sewaktu-waktu ada yang memintanya.
***
Hari seninnya, sekolah terlihat ramai.
Di mading sudah terpampang wajah King dan Queen terpilih acara malam sabtu kemarin.
Bukan wajah Syam seperti yang selama ini diharapkan. Justru Fatih, ketua kelas kami.
Aku juga kaget.
"Ini aneh, An." Marsha menopang dagunya. Kali ini Bu Sarah tidak hadir juga, ia meninggalkan tugas mandiri pada kami, walau kebanyakan dari kelas kami malah bersenang-senang.
"Kenapa?"
"Kamu sudah lihat yang di mading?" Aku mengangguk, "bukan Syam yang terpilih. Kamu tahu kenapa?"
Aku menggeleng.
"Dia kabur, lebih tepatnya ketika MC memanggil namanya dia tidak ada. padahal sejam sebelum pengumuman ada yang melihat dia di acara itu."
Kabur?
"Jam berapa pengumumannya?"
"9.30"
Aku mengingat lagi, Syam datang ke kedai bakso ku pukul 9 malam. Itu berarti Syam benar kabur. Tetapi,
"Kenapa, ya?" Marsha berpikir keras.
"Tanyakan aja langsung sama orangnya, tu dia lagi sendiri, fokus ngerjain tugas."
Marsha menoleh ke arah Syam yang duduk dibangku nomor dua di depan. Sementara di luar kelas kami juga ada yang mengintip di jendela, sepertinya sama penasarannya dengan Marsha.
***
Ketika makan siang di kantin pun Marsha tetap memikirkan hal itu.
"Kamu kenapa masih mikirin itu sih? Ada hal yang lebih penting daripada itu?"
"Contohnya?"
"Kita kan bentar lagi UAS, naik ke kelas 3. Jangan sampai nilai kamu jatuh lagi."
"Kan ada Anin?"
"Aku gak mau bantu."
"Aku akan selesai memikirkannya jika sudah dapat jawabannya."
Aku menelan ludah. Apa sebaiknya kuceritakan saja.
"Benar? Janji?"
"Iya, eh, tapi kok aneh? Kamu tahu sesuatu?" Aku mengangguk.
"Jawab, saat itu memangnya gak ada hidangan makan malam--"
"Ada kok--"
"Kamu yang jaga--"
"Aku pengawas hidangannya." Jawab Marsha dengan percaya diri.
Dan aku ceritakan semuanya dengan Marsha sekaligus dengan bukti-buktinya.
"Aku sengaja mengambilnya, karena aku yakin kamu pasti gak percaya kalau aku cerita doang."
Dan saat kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran, tiba-tiba Marsha bertanya.
"Aku baru ingat, waktu itu dia gak ngenalin kamu?"
Aku terdiam sejenak dan menggeleng pelan.
"sama sekali?"
Aku menggeleng lagi. Kami berdua menghela nafas saat itu dan menatap Syam yang sedang tertidur di meja.
Aku dan Marsha saling pandang dan tersenyum penuh arti.
***
Sepertinya aku cerita terlalu panjang.
Jadi setelah itu kami UAS, lalu liburan.
Dan setelah itu kami masuk lagi tahun ajaran baru. Saat kami kelas 3, masa-masa indah itu pun terajut.
Akan aku ceritakan perlahan-lahan. Kamu masih ingin tahu ceritanya?
Bersambung...
(Diary Anin, beberapa hari sebelum sidang)
#30DWC #30DWCJilid23 #Day2
Komentar
Posting Komentar