Dear Diary (11) Sakit Kepala

Saat aku menulis ini kepala sedang berdenyut. Dibagian belakang. Sakitnya buatku gak nyaman.

Hari ini sudah dua hari aku batal puasa. Keistimewaan yang Allah berikan kepada semua perempuan.

Rasanya aku ingin memukul kepala ini.

Jika kita cari tahu kenapa kepalaku sakit, tentu banyak sebabnya. Kurang minum? Kurang tidur? Banyak liatin hp?

Ya, semua itu bisa jadi penyebabnya.

***

Belakangan ini crowded banget. Banyak daftar kerjaan yang harus diselesaikan dan semua diburu waktu. Tak ada waktu santai.

Mungkinkah itu penyebab aku sakit kepala?

Sekarang sakitnya menjalar, sampai ke telinga dan gigi.

Ya Allah, beri aku kesebaran dan kesembuhan.

Aamiin.

***

Hari ini ada Kang Alma. Relawan Salam Aid, Bogor.

Mengemban tugas kerelawanan di Pekanbaru, Rumbai.

Banyak pengalaman bermakna yang beliau bagi di waktu kurang dari sehari.

Makna tentang berbagi. Bersosialisasi. Membantu sesama. Bahkan tips terbaik menolak orang ketika meminjam uang pada kita yang juga kurang mampu.

Singkat cerita sampailah pada sebuah pertanyaan, "Sudah pernah ke Bogor?"

Tanya Kang Alma pada kami para guru.

Hampir semuanya menggeleng kecuali aku. 

Aku pernah ke bogor. April 2017. Itu dalam agenda mendadak. Aku baru diberi tahu sorennya padahal tiket pesawat dijadwal besok shubuhnya.

"Kalau ke Bogor, sepanjang jalan itu adalah tempat wisata. Naik angkot saja sudah bisa keliling. Ada 21 jurusan."

Waw. Banyak juga.

"Ayok kita ke Bogor." 

Antusias guru tak sabar ingin pergi.

***

Sakit kepalaku masih terasa sampai akhirnya aku memaksakan diri untuk memejamkan mata, menahan sakit.

Hingga beberapa jam kemudian aku tertidur tapi terus terbangun lalu kembali memejamkan mata. Begitu dalam beberapa waktu. Sampai akhirnya aku dibangunkan Amak, ngasih tahu Kalau Abak minta diurut. Ketika menuju kamar Amak, kulihat jam, ternyata sudah jam 2 dini hari.

Abak mengeluh sakit dada di sebelah kanan. Aku akhirnya berinisiatif mengurut punggung abak. Beliau masuk angin. Asam lambungnya naik. Jika itu sakitnya di dada kiri dan terasa panas sama Abak, itu patut dicurigai dan harus segera ambil tindakan.

Kira-kira satu jam aku mengurut Abak. Sembari mendengarkan keluh kesah Abak. Ketika sudah berumur maka memiliki teman cerita adalah hal menyenangkan mungkin. Dengan segudang pengalaman tentu ada hasrat membagi kisah pelajaran, pikiran dan semua hal, hingga bisa menginspirasi, memberikan nilai-nilai pelajaran hidup.

Hal-hal yang dari dulu ingin kuketahui dari Abak pun secara alami aku diberitahu melalui selipan-selipan cerita Abak. Ternyata itulah yang menjadi kendalanya kenapa mengambil keputusan seperti itu. Aku tidak ingin menyalahkan. Sebaiknya diam dan mendengarkan dengan baik. Menaruh simpati juga empati, tahan-tahan diri untuk menasehati. Seperti diriku yang kadang cerita dengan teman, tapi gak nyaman jika buru-buru dinasehati. Dalam hati berkata, "minimal dengerin gitu dulu."

Begitulah.

"Abak pasti udah ngantuk lagi, tidur ya."

Kataku mengakhiri. Abak pun mulai memejamkan mata. Giliranku yang tak bisa melanjutkan tidur. Alhasil aku main hape, lalu melanjutkan tulisan di blog ini. Buka youtube lagi lihat postingan random. Sampai akhirnya aku gak nyaman karena ada kerjaan yang belum selesai. Dapat pesan soalnya. Baiklah. Aku memutuskan membuka laptop dan merespon pesan dari pimpinan. Akhirnya bisa menyelesaikan request dari pimpinan. Gak banyak sih, tapi kerjaan itu yang kutunda ketika berada di tempat kerja. Sok sibuk. Aku juga memberikan kabar pada pimpinan kenapa aku menunda kerjaan itu, salah satu kabarnya, aku bilang, "kepala saya sakit akhir2 ini, pak."

Oke begitulah, sampai ketemu lagi di Dear Diary selanjutnya.

(Postingan yang diselesaikan beberapa hari kemudian)

Komentar

Postingan Populer