Aku Ingin Menikah (5)

Maka yang kini terdengar kabar bahwa si A menyesal.

Sepertinya memang segitu realitisnya sebuah pernikahan.

Fitrahnya manusia mempunyai pasangan.

Maka kesendirian itu menjadi hal berat.

Tapi, hei...

Ada banyak kasus bahkan memilih untuk sendiri atau takdirnya kembali sendiri karena sebuah hubungan yang toxic. Demi kebaikan satu sama lain.

Jadi, sebaiknya memang niat menikah itu benar-benar harus karena Allah.

Ingat hadits nomor satu. Hadits yang selalu jadi andalanku.

Semua amalan tergantung pada niatnya. Jika niatnya karena Allah maka hijrah dan ibadah yang dilakukan menjadi pahala disisi Allah.

***

Aku mendengarkan nasehat yang berseliweran di medsos. Bahwa kita yang lagi jomblo ini jangan hanya berdiam diri tapi juga harus memperbaiki diri.

Apa yang perlu diperbaiki. Lakukan dengan sungguh-sungguh.

Dulu nasehat itu terasa berat dan ngambang. Tidak spesifik. Maksudnya, apa yang harus menjadi perbaiki diri? Wajah? Karakter atau bagaimana?

Haha. Itu hanyalah bentuk denail saja.  Sebenarnya aku sedih. Apapun yang mereka katakan seakan-akan tidak berempati, langsung menasehati.

Maka, aku kunyah nasehat itu pelan-pelan. Merasakan pahit asamnya tentang perbaikan diri.

Setelah melewati berbagai masalah, ujung hikmahnya aku tarik kesimpulan, "besok kalau sudah menikah aku harus bisa mengelola emosi dengan baik, kalau saat singel ini saja aku masih meledak-ledak, gimana nanti?"

Aku berusaha meriliskan segala emosi yang dipunya secara perlahan. Apakah itu tentang penolakan, rasa iri, dicuekin, dimarahin, dikritik, apalagi? Pokoknya perasaan tidak menyenangkan.

Ditambah lagi ada hal terkait luka pengasuhan yang selalu melekat pada diri kita yang biasanya ia muncul disaat kondisi emosi sedang tidak baik-baik saja.

Entah itu luka masa kecil yang belum selesai yang terus terbawa hingga dewasa.

Rasa tidak nyaman jika kerja sama dengan orang. Coba cari tahu. Di usia berapa sebenarnya fitrah kita bisa bekerjasama dengan orang lain. Umur 8 tahu? 10 tahun?

Apakah di masa itu ada kejadian waktu kecil? Jika ia bisa jadi itu menjadi luka masa kecil dan dia perlu di asuh.

Haha, kenapa jadi bahas ke sana ya?

Ya, hal itu perlu diingat dan disadari karena itu akan ke bawa pernikahan.

Segitu pentingnya kita mengetahui. Dan menurut hematku itu juga merupakan tahapan dalam perbaikan diri.

Merawat luka pengasuhan. Inner child.

***

Maka dengan terus belajar akan hal itu terkadang masih menjadi tanda tanya. Kapan si dia datang?

Bersambung...

Komentar

Postingan Populer