Rasanya hati ini sudah sedih sekali.
Aku tidak boleh menutupinya.
Jujur aku sedih. Ketika pagi hari saat aku sudah berusaha melakukan hal dengan cepat ternyata masih ada keluhan di bibirku bilang bahwa semuanya menjadi terlambat.
Aku berkali-kali terlambat pergi kerja karena mengerjakan banyak hal di pagi hari. Aktivitas memasak yang bisa menguras tenaga. Suami bilang padahal hal itu bisa dilakukan di malam hari.
Malam hari?
Malam hari saat akan mengerjakan (food prepare) tetap saja ditunda karena harus mengutamakan bayi lelakiku. Tentu, ini bukan bermaksud mengeluh, hanya saja dengan pengalaman yang waktu "tersebut" membuatku menyempatkan waktu untuk marinasi tahu, tempe, serta menggoreng ikan.
Dan ternyata itu membuat suami kesal. Dan aku pun ikut kesal. Pemicu itu bisa terjadi dari faktor mana saja dan aku mengambila bagian pada garis beras, benang merahnya, yaitu "mengeluh terlambat", izan yang terpaksa harus merengek sedikit lebih lama karena Muya-nya sedang mengerjakan hal lain.
Dan suami pergi tidur ketika akhirnya aku berhasil mengambil atau menenangkan bayi untuk dibersihakan pup-nya. Dengan meninggalkan ekspresi kesalnya.
Aku pun makin sedih. Padahal aku sudah diam, dan tahu bahwa aku salah.
"Ya udah gak usah sarapan." Teringat lagi ucapan suami ketika kami berdebat cara menghemat uang.
"Ya tenang saja, aku puasa." Jawabku sebagai bentuk pertahanan diri namun disalah artikan sebagai perlawanan diri.
"Tu lah menjawab juga lagi."
Aku sedih karena hal itu. Untuk itulah aku berusaha mengstok makanan di kulkas agar bisa bertahan hingga akhir bulan. Agar sarapan bisa ditinggal iris bawang dan cabe lalau ceplok telor dan cemplungkan nasi dingin ke kuali jadilah nasi goreng putih kesukaanku.
Ya, biar tidak beli sarapan lagi terutama esok dan sampai akhir bulan ini.
Biar aku masak nasi bayi di rumah saja, kapan pun dibangun bisa langsung diberikan tanpa harus menunggu suami belikan keluar yang mana akan dimulai perdebatan lagi.
Tapi nyatanya, malam itu aku sudah lelah sekali. Curi-curi tidur di siang hari belum cukup untuk membuat badan ini istirahat seutuhnya.
Maka, rencana itu tinggal rencana, hingga berulang lagi kejadian aktivitas di pagi hari yang begitu sibuk dan kembali berdebat, merajuk, dan drama-drama lainnya.
- Senin-
Menulis di kantor
Komentar
Posting Komentar