Dear Diary (2)

Haii Dear,

Akhir-akhir ini aku lebih sering scroll konten video random alias short video di youtube.

Rasanya untuk memilih video dengan durasi panjang sedikit membuatku malas. Haha, kenapa ya, apa karena sudah jenuh?

***

Haii Dear,

Mari kita bicarakan topik lainnya.

Pekerjaanku saat ini adalah berfokus dibagian keuangan, administrasi dinas, dan hal-hal yang berhubungan dengan TU sekolah. Terkadang juga beberapa kali ikut rapat yayasan karena bagian dari manajemen.

Dewi sebagi partnerku yang hampir berjalan selama satu tahun ini. Aku awalnya ragu dan sempat menolak (dalam hati). Kami itu beda sekali, bahkan lebih sering berbeda pendapat. Aku khawatir akan lebih banyak selisih paham dibanding kerjasamanya.

Aku khawatir nanti aku akan semakin didikte. Harus begini, harus begitu sesuai yang dia mau.

Dan benar saja. Itu terjadi diawal-awal kami menjadi partner. Aku memang sering mengeluhkah hal ini pada yayasan.


"Saya butuh partner untuk membantu saya. Pekerjaannya terlalu banyak, tidak mampu jika sendiri."

Ya, tapi yang kuinginkan adalah aku yang bisa mengepalai.

Dan takkusangka setahun kemudian pihak yayasan memenuhi hal itu dan dia adalah Dewi.

Aku tidak memandang itu buruk, hanya saja kami pernah berselisih hebat dan saling menunjukkan ego. Menurutku.

Pada akhirnya, aku berusaha untuk memahami. Ada yang perlu dibicarakan baik-baik. Saling sharing, open mind, diskusi dan mengalirkan rasa. Dan yang terpenting memaafkan dan minta maaf. Tak ada manusia yang sempurna. Aku salah dan begitupun dengannya. 

Memaafkan lebih menenangkan. Toh aku juga salah. Kadang sering ketus, jarang senyum malah. Jadi, sebaiknya belajar untuk jadi lebih baik.

Akhirnya hal itu perlahan memperbaiki moodku dalam bekerja. Kerjaannya memang terkesana berkurang karena sudah saling sharing job desk, tetapi tetap saja beranak pinak, haha. Meski begitu setidaknya sudah ada teman. Jika pusing bisa berbagi. Jika merasa lemah bisa saling menguatkan, jika khawatir bisa saling menenangkan, jika tidak tahu bisa saling belajar.

***

Haii Dear,

Bicara tentang jarang senyum sepertinya itu sudah ter-default.

Namun, aku masih ingat ada suatu hari (belum lama ini) seharian itu aku bawaannya ketawa terus. Padahal ya, sebenarnya aku tuh pusing banget tahu. Contoh, "astaghfirulah, banyak banget yang mau dikerjain, hahaha..."

See? Aku tuh sebenarnya pusing tapi malah tertawa. Hampir, hampir seharian dan itu juga bawa ke rumah.

Sampai partner aku heran dan kesal kenapa aku tertawa terus. Aku masih ingat dia justru heran kenapa aku sering terlihat cemberut.


18 Juni 2022

- Isya's Room -

(sorry, for typo)

Komentar

Postingan Populer