Dear Diary (1)

 Dear Diary,

Malam ini adalah malam di bulan syawal. 

Malam ini hujan turun lagi. Sudah dua tiga beturut-turut? Seingatku hampir setiap malam hujan.

Senang? Tentu saja.

Aku sangat suka hujan terutama di malam hari.

Hujan sudah menjadi teman ceritaku.

Akhir-akhir ini aku belum berbicara lebih dalam sama hujan. Kupikir sekarang hujan sedang sibuk. Jadi, aku segan menganggunya.

Tapi aku akan coba ajak dia bicara.

"Hujan-a..." Pakai aksen korea memanggil dengan akrab.


"Ya? Hujan-a? Aku baru dengar."

"Ya, itu panggilan akrab. Suka?"

"Of course. What's up."

"Sibuk? Aku mau cerita."

"Ceritalah."

"Kenapa akhir2 ini kamu hujan turus khususnya malam hari."

"Why? You don't like it?"

"Anni ninde. Neomu joa."

"Huh. Korean languange?"

"Ne. Belakangan ini aku suka stalking salah satu boyband korea, yang udah lama sih ke spill di beberapa variety show yang aku tonton. Aku mulai penasaran dan mencari tahu. Bahkan sebelum itu aku pernah mencari tahu tentang boyband ini melalui wikipedia. Segabut itu aku."


Hujan terus menyimak.

"Hujan jangan pergi dulu, aku belum selesai."

Suara rintik hujan masih terdengar.

"Hujan-a. Kira2 apa yang salah dariku? Aku merasa sudah banyak berubah. Dulunya aku menolak dibilang k-popers karena selama ini aku sukanya k-drama. Tapi, setelah aku mulai bosan dengan k-drama aku beralih ke variety show-nya lalu pelan-pelan aku malah menyelam di konten boyband tersebut."

"Siapa dia?"

"Ah, aku belum menyebutnya. NCT, especially NCT Dream. Really, i don't know why?"

"Kamu menikmatinya?"

"Tentang?"

"Semuanya."

Aku terdiam. Sepertinya hujan lebih dingin dari biasanya.

"Hujan-a...marah?"

"No. I'm okay. Go ahead."

"Aku suka. Candaan dan interaksi mereka lucu dan menghibur, terutama saat mereka bermain game, aku seperti melihat diriku waktu masih remaja dulu. Saat melihat konten mereka saat camping, aku merasa nostalgia pada acara camping di sekolah. Tapi kegiatan di sekolah khusus karena aku panitia. Ingin rasanya pergi camping bukan karena tugas dinas tapi memang ingin sebagai healing kalau kata orang zaman sekarang."


"Aku ingin camping?"

"Ya. Seperti mereka yang bisa menikmati pantai di senja hari. Lalu menyalakan api unggun dan membahas suatu topik dari hati ke hati. Aku pikir itu akan menyenangkan."

"Berdoalah. Selagi aku hadir."

"Kamu akan mengangkut doaku?"

"Tentu saja, aku datang karena rahmat Allah. Bukankah saat rahmat itu hadir waktu terbaik merayu-Nya?"

"Benar."

***

Dear Diary,

Aku sebenarnya sudah lama ingin merutinkan menulis lagi. Kamu tahu kan aku senang berpikir. Dan rasanya ingin menulis semua yang aku pikirkan tapi nyatanya aku pemalas sehingga hal itu selalu terkubur karena pemikiranku suka acak jadi selalu berkendala ingin memulainya bagaimana.

Dear,

Aku senang dan bersyukur kepada Allah sudah memberikan kepadaku untuk kesempatan bisa sembuh dari jerawat. Ikhtiar selama ini tidak sia-sia. Dan sekarang tugasku adalah menjaga wajah ini agar tetap bersih dari jerawat.

Setelah aku liat lagi foto-foto lamaku yang berjerwat parah, reaksiku adalah...

"Ah, begini ya...pantesan orang-orang nyinyir terhadap wajahku."

Begitulah.

Aku tak menyangka bahwa pernah berusaha sekuat itu dalam menghadapi komentar-komentar orang terhadap wajahku. Tak sedikit air mata yang keluar.

Meski begitu aku bersyukur setidaknya ada hal baik yang berubah.

Ya Allah, terima kasih telah memberikan hadiah ini, ampuni aku karena kadang masih suka bolong pakai skin care-nya.

***

Dear Diary,

Aku ingin menulis tema lain dan akab kutuliskan di bab lainnya.


Makasih.


3 Syawal 1443 H

(4 Mei 2022)

- in my studio -

Komentar

Postingan Populer