Aku Ingin Menikah (1)

Hidup ini terus berjalan.

Meski ada satu dua hal yang berhenti atau harus terhenti.

Dan ada masa dimana jalan yang sedang kita tempuh saat ini masih terus menjadi tanda tanya orang sekitar.

"Kapan kamu akan..."

"Sampai kapan kamu akan..."

"Siapa yang akan..."

"Kenapa belum, apakah kamu..."

Dan beberapa pertanyaan lainnya yang menjadi rasa penasaran mereka.

Awal mulanya aku marah pada mereka. Merasa kesal. Kenapa mereka hanya bisa mempertanyakannya? 

Mereka benar-benar tidak tahu bahwa aku terluka dengan pertanyaan itu.

Karena itulah terkadang aku merespon pertanyaan itu dengan nada yang juga kurang menyenangkan mungkin bagi mereka, hingga tanpa sadar sebenarnya aku sudah terlanjur menyakiti mereka.

Mereka hanya perhatian, juga sayang tentunya kepada kita.

Itulah yang menjadi nasehat, bahwa aku tidak boleh selamanya untuk bersikap kesal atau marah tiap kali pertanyaan itu muncul.

***

Usiaku sudah 27 tahun pada 2021 ini. Usia yang sebenarnya cukup dewasa di mata manusia, menempuh kehidupan yang baru. Berubah status menjadi istri seseorang. Menggenapkan setengah agama.

Juga bukan usia yang cukup tua untuk masih menunggu si dia datang. Namun, kekhawatiran itu tetap ada. Bisikan-bisikan itu menghadirkan kecemasan.

Istighfar menjadi peluruhnya.

***

Aku tahu semua menyayangiku. Keluarga yang kucintai menantikan sosok yang akan mendampingi diriku. Dimulai dari mereka yang mencarikan calon untukku. Tapi, apalah daya diri ini. Ketidakcocokan itu hadir, meski di mata mereka 'tidak ada masalahnya'. Ya, aku juga merasakan kesedihan. Rasanya ketika aku benar-benar mengingankan sosok itu hadir, lalu dihadirkan, akunya malah sedih, merasa tiba-tiba tidak ingin menikah jika orang itu adalah dia.

Lagi-lagi, aku merenung. Aku beneran mau menikah?
Kenapa menolak seseorang yang sudah ditunjukkan?

Aku malah merasa sudah pasrah saja. Apa memang calon yang hampir sama polanya itu sudah menjadi takdirku?

Aku sedih membayangkannya. Rasanya ingin menghilang sejenak di Bumi.

***

Amak dan Abak sudah sepuh. Mereka memasuki masa senjanya yang terasa cepat dijalani, juga lambat karena hanya menjalani rutinitas yang sama hari demi hari.

Ditambah lagi dengan anak gadis yang satu-satunya belum menikah.

Mereka merasakan kehidupan mereka tidak ada yang berubah. Satu-satunya yang akan membuat mereka bisa senang adalah bisa melihat aku menikah.

***

Sa, kamu beneran mau menikah?

Tentu saja.

Kapan?

Kalau Allah izinkah, tahun ini aku bisa menikah. Saat lebaran nanti.

Owh gitu...trus sudah ada calonnya?

Uhm...belum

Trus, gimana?

Ya sabar aja, hehe...

Kamu sih, pilih-pilih calon...eh kasih tahu kriterianya, mana tahu aku bisa bantu carikan.

Uhmm...yang tidak merokok. sholat lima waktunya tidak bolong. shubuh di masjid...

Dia kaya, ganteng..gitu kan?

Uhmm, kaya ganteng sih...bonus

Ckckck...susah cari orang dengan kriteria seperti itu, Sa. Kalau dengan calon yang selama ini datang sepertinya kamu mencari dikalangan ustad.

(Terdiam)

***

Aku ingin menikah. Sungguh.

Tentu, kata-kata motivasi yang selalu hadir adalah, memintaku untuk sabar dalam penantian, terus perbaikan diri. Perbanyak ilmu tentang pernikahan. Hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan itu sendiri. 

Ingat, pernikahan itu bukan sekedar enaknya saja. Itu adalah ibadah seumur hidup.

Benar, karena itulah aku tidak ingin salah dalam memilih imamku. Sekarang memang banyak cobaan dan godaannya.

Terus diuji, :) dan aku langsung tarik dasarnya ketika diuji, yakni, tujuan aku ingin menikah.

Bersambung...


Komentar

Postingan Populer